Seiring dengan
perkembangan zaman, melalui gerakan emansipasi ini, perempuan Indonesia
akhirnya dapat mensejajarkan diri dengan kaum pria dalam berbagai bidang
kehidupan, baik di bidang politik, ekonomi maupun sosial. Perempuan sudah dapat
men-duduki posisi-posisi penting di bidang birokrasi. Perempuan juga sudah
dapat berkiprah di bidang politik. Selain itu, perempuan juga sudah banyak yang
sukses di bidang sosial dan ekonomi.
Di bidang ekonomi,
tidak sedikit perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga atau membantu suami bekerja. Bahkan, ada beberapa perempuan yang mengerjakan pekerja-an
laki-laki sebagai supir bus. Hal ini terlihat pada Perusahaan Transjakarta
Busway yang memiliki 80 pengemudi perempuan. Dalam bidang sosial,
perempuan yang dulu lekat dengan stigma kasur, sumur, dan dapur sekarang telah
mampu bangkit dan menggeser stigma kasar tersebut. Bahkan, dalam bidang sosial
ini kaum perempuan telah memiliki benteng untuk melindungi diri dari pengaruh
globalisasi dalam bidang sosial ini. Kaum perempuan telah dilindungi oleh UU
(Undang-Undang) pornografi dan pornoaksi yang banyak menyita perhatian
khalayak. Pada hakikatnya UU (Undang-Undang) tersebut adalah sebuah bentuk
perlindungan kehormatan perempuan yang dijadikan bahan eksploitasi oleh
pihak-pihak yang berkepentingan.
Beberapa perempuan Indonesia
sudah membuktikan kepada bangsa bahwa mereka mampu memegang peran penting dalam
membangun bangsa. Salah satu dari mereka adalah Mari Elka Pangestu seorang
ekonom Indonesia kelas dunia. Kita juga mengenal Susi Susanti yang
sudah mengharumkan nama Indonesia dalam bidang olahraga (bulu tangkis), beliau
adalah peraih piala emas Olimpiade Bercelona pada tahun 2002. Sosok
yang masih tergambar jelas di hati rakyat adalah mantan presiden kelima kita
yaitu Megawati Soekarnoputri, wanita pertama yang pernah memerintah negara
ini. Mereka semua adalah pelaku emansipasi perempuan. Mereka memanfaatkan
jasa Raden Ajeng Kartini tersebut untuk membekali diri mereka sendiri
dengan keahlian, pengetahuan, dan wawasan berfikir yang luas. Mereka mencari
dan menggali potensi mereka tanpa menuntut selalu diistimewakan sebagai
perempuan. Ibu kita Kartini pasti bangga pada mereka.
Dewasa ini emansipasi
seringkali disala artikan. Emansipasi sering kali menjadi alasan yang dicari
bagi kaum perempuan, khususnya remaja putri untuk mendapatkan kebebasan
seluas-luasnya, dan seringkali berlebihan kadarnya. Kita bisa melihat
fakta-fakta yang terjadi di era ini, seperti riset yang dilakukan yang
menyatakan bahwa dari data yang dihimpun dari 100 remaja, terdapat 51 remaja
perempuannya sudah tidak lagi perawan. Hasil Riset ini disampaikan oleh Sugiri
kepada sejumlah media dalam Grand Final Kontes Rap dalam memperingati Hari AIDS
sedunia di lapangan parkir IRTI Monas, Minggu (28/ 11/2010). Sugiri juga
merincikan bahwa di Surabaya perempuan yang sudah tidak perawan lagi mencapai
54%, di Medan 52%, serta Bandung mencapai 47% dan data ini dikumpulkan
selama kurun waktu 2010 saja. Selain itu, lebih ekstrim lagi jika kita
membicarakan pelacur-an anak gadis di bawah umur. Wajah lugu dan pikiran yang
masih polos diracuni oleh paham-paham hidup senang secara praktis. Sungguh
mengerikan, karena paham itu ditanamkan orang tua mereka sendiri. Akibatnya,
tidak jarang kita temui orang tua yang tega menjual anaknya demi materi.
Selebihnya dilakukan sendiri oleh si perempuan muda tersebut dengan
alasan untuk mendapatkan hidup yang lebih layak dan untuk menghidupi
orangtuanya di rumah. Perbuatan ini tanpa mereka sadari telah menjatuhkan harga
diri perempuan secara global.
Permasalahan di atas
menyebabkan status perempuan semakin tenggelam dalam kekelaman masa. Harapan,
angan-angan untuk maju telah ternoda dengan kenyataan tersebut. Akibat dari
permasalahan tersebut, perempuan semakin direndahkan. Tidak ada lagi rasa
nasionalisme mengingat jasa pahlawan yang sudah memperjuangkan emansipasi.
Harga diri wanita yang semakin rendah dengan perbuatan keji seperti itu
jelas-jelas Raden Ajeng Kartinikecewa. Kecewa dengan kaum penerusnya yang
menyalahgunakan perjuangannya untuk meningkatkan harkat perempuan.
Pembebasan atas diskriminasi pada perempuan seharusnya dimanfaatkan untuk
mengembangkan dan membangkitkan eksistensi kaum perempuan secara terhormat,
bukan menginjak dan menurunkan harga diri kaum perempuan itu sendiri.
Di zaman yang semakin
maju dan semakin pesat ini apakah emansipasi perempuan akan dibiarkan seperti
ini? Mengingat perjuangan para pahlawan yang mengabdikan dirinya hanya untuk bangsa
tercinta ini. Sedikit pun mereka tidak mau menurunkan harga diri meski harus
kehilangan nyawa.
Masih rendahnya
keterlibatan dan partisipasi perempuan khususnya generasi muda di dalam
pembangunan ekonomi, sosial, politik dan bidang lainnya yang bersifat membangun
bangsa ditambah lagi oleh efek negatif globalisasi yang mempengaruhi
pikiran-pikiran gene-rasi muda (perempuan) bangsa harus menjadi musuh bersama
kita, dalam rangka menyukses-kan pembangunan menyeluruh di negeri ini.
Demi membangun bangsa
ini agar menjadi lebih baik lagi, kaum perempuan tidak boleh melupakan
hakikatnya sebagai seseorang perempuan yang mempunyai sumber ke-lembutan. Sudah
selayaknya kaum perempuan perlu menyadari akan kodratnya. Perempuan diharapkan
bisa menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anak yang dilahirkannya.
Menjadi Ibu yang dapat membimbing mereka menjadi anak yang kuat, cerdas, dan
mem-punyai etika yang baik agar dapat berguna bagi bangsa, negara, dan agama.
Itulah sebenarnya peran wanita yang utama selain berbagai peran di ketiga
bidang kehidupan ekonomi, politik dan sosial. Wanita dituntut untuk menjalani
kehidupan sesuai perannya masing-masing. Wanita telah menjadi sosok yang harus
di hormati dan dilindungi dari berbagai kekerasan dan penganiayaan. Namun, wanita
juga harus sadar akan tugas utamanya. Tugas ini mampu untuk menyadarkan
perempuan generasi muda untuk menjadi perempuan yang terhormat, berharga dan
sebagai kebanggaan bangsa.
“Bangsa yang besar
adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah dan jasa-jasa pahlawannya
yang berjuang hanya untuk bangsa tercinta ini” ujar Ir. Soekarno. Kita
seharusnya dapat meman-faatkan emansipasi perempuan yang sudah diperjuangkan
Kartini dengan sebaik-baiknya, yaitu membekali diri untuk berpartisipasi
membangun bangsa ini, mengharumkan nama kaum perempuan, membuat bangga bangsa
dan tidak menjadi seseorang yang menjatuhkan martabatnya sebagai seorang
perempuan. Emansipasi perempuan ini seharusnya dapat men-jadikan generasi muda
perempuan yang cerdas bukan menjadi lemah. Jadikan perempuan sebagai subjek
bagi bangsa ini dan tidak hanya menjadi objek. Sekaranglah saatnya generasi
muda perempuan mencatatkan dirinya sebagai pelaku emansipasi yang mampu berdiri
meng-ambil peran penting untuk membangun bangsa yang tercinta ini.